| |
Kebudayaan yang dimaksud dengan keberpihakan menurut sastrawan Indonesia Pamoedya Ananta Toer peraih penghargaan Intrnasional ini menekankan bahwa ,seni bisa diibaratkan sebagai alat.Sebuah saran yang mempermudah manusia yang menggunakan untuk mencapai tujuannya.Seperti halnya pisau yang banyak berguna untuk memotong,mengiris membelah bahkan sebagai alat membunuh,menurut kejelian penggunanya.hal ini tergantung pada kebutuhan dan keprigelan dari tangan yang memakainya. Jika kebutuhan untuk mengiris bawang,apakah kita harus menggunakan pisau untuk mencacah daging?begitu pula dalam pencapaian karya seni dinilai berhasil,apakah mampu mencerminkan kondisi masyarakat atau hanyalah hasil karya liarnya imajinasi senimannya tanpa ada proses analisa dari gejala sosial masyarakat. Dalam hal ini,bimbingan budi dan perhitungan akal merupakan faktor yang menentukan. Seorang penulis Ilya Ihrenburg,menjelaskan proses perekonomian modern,kebrutalan kapitalisme,dan segala ketidak adilan lewat sastra dengan maksud pada pembacanya bisa menangkap atau berpendapat sendiri sendiri didalam bukunya " Dengan Makan Kita Sehari hari", mencerminkan masa dan lingkungan serta perhatian pengarang dalam tulisannya
Dalam hal ini,proses pengkaryaan suatu karya haruslah berpijak pada keberpihakan,maka seniman yang bertendensi jelas dibutuhkan dalam pembangunan identitas suatu bangsa, dimana peran rakyat tak boleh ditinggalkan.siapa yang akan melakukan pembangunan kultur jika bukan rakyat itu sendiri,begitu juga dalam bentuk bentuk ragam kesenian yang menjadi salah satu pilar kebudayaan,disamping industri dan ilmu pengetahuan.Rakyat sebagai tulang punggung kebudayaan mutlak diantarkan pada kesadaran klas yang berkepribadian kerakyatan, dengan budaya yang dikawal ketat oleh orentasi politik yang berkepribadian kerakyatan. Maka makin kuatlah bangsa tersebut menyongsong perubahan jaman disetiap masanya.
0 komentar:
Post a Comment