 |
| Nunung Binti Masri, BMI asal Purwakarta yang terancam Hukuman Pancung di Yaman, Photo: Koran Sindo |
KORANMIGRAN - Pemberitaan Buruh Migran Indonesia (BMI) yang terancam hukuman mati terus diekspos media. Nunung Binti Masri, 39 tahun, BMI asal Desa Karoya, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta, Jawa Barat, dikabarkan terkena ancaman hukum pancung di Yaman.
Berdasarkan keterangan kakak kandung Nunung, Toba pada hari Senin, 27 April 2015, diketahui bahwa ancaman hukuman pancung terhadap kakaknya tersebut diperoleh dari pesan singkat dari Untung Wiyatmoko, seorang petugas atase Polri yang bertugas di Riyad, Saudi Arabia.
Dalam pesan pendek yang diterima Toba, Kamis, 24 April 2015 tersebut dijelaskan bahwa Nunung ditangkap aparat penegak hukum di kota Jizaan, Yaman, dalam perjalanan pulang menuju Indonesia.
Menurut Toba, Nunung diduga terlibat kasus yang terjadi pada 2007 dan divonis penjara oleh kehakiman Riyad selama sembilan bulan. Tapi, kemudian Nunung kabur dan masuk dalam daftar pencarian orang. Begitupun Toba belum mengetahui persis kasus apa yang menjerat kakaknya itu.
Toba mengungkapkan juga bahwa KJRI di Riyad saat ini masih terus berusaha membebaskan kakaknya dari ancaman hukuman mati dan bebas dari tahanan. Dengan catatan, Nunung tidak mempersulit diri dari kasus hukum yang menjeratnya.
Toba menjelaskan, Nunung yang merupakan Ibu beranak dua tersebut berangkat ke Arab Saudi melalui Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) di Jakarta. Pada 20 April 2015 seharusnya Nunung sudah harus pulang kampung karena kontrak kerjanya sudah habis. Temannya satu kampung, Enoy yang berangkat sama-sama ke Saudi Arabia dan melalui PPTKIS yang sama, saat ini sudah pulang dan berada di kampungnya.Berdasarkan keterangan kakak kandung Nunung, Toba pada hari Senin, 27 April 2015, diketahui bahwa ancaman hukuman pancung terhadap kakaknya tersebut diperoleh dari pesan singkat dari Untung Wiyatmoko, seorang petugas atase Polri yang bertugas di Riyad, Saudi Arabia.
Dalam pesan pendek yang diterima Toba, Kamis, 24 April 2015 tersebut dijelaskan bahwa Nunung ditangkap aparat penegak hukum di kota Jizaan, Yaman, dalam perjalanan pulang menuju Indonesia.
Menurut Toba, Nunung diduga terlibat kasus yang terjadi pada 2007 dan divonis penjara oleh kehakiman Riyad selama sembilan bulan. Tapi, kemudian Nunung kabur dan masuk dalam daftar pencarian orang. Begitupun Toba belum mengetahui persis kasus apa yang menjerat kakaknya itu.
Toba mengungkapkan juga bahwa KJRI di Riyad saat ini masih terus berusaha membebaskan kakaknya dari ancaman hukuman mati dan bebas dari tahanan. Dengan catatan, Nunung tidak mempersulit diri dari kasus hukum yang menjeratnya.
Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, mengaku prihatin atas nasib tragis yang menimpa Nunung tersebut. Pemerintah Purwakarta akan memaanggil keluarga, kepala desa dan camat untuk mengetahui masalah yang dihadapi Nunung. Diketahui sejak pertengahan 2008, pemerintah Purwakarta telah menandatangani moratorium BMI ke Saudi Arabia dan Malaysia.
0 komentar:
Post a Comment