Buruh Migran Nepal yang membanjiri pasar kerja, Photo: Istimewa |
Wakil Duta Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur Malaysia, Hermono mengatakan beberapa sektor yang mulai menggunakan Buruh Migran Nepal dan Bangladesh antara lain sektor perkebunan dan perhotelan.
“Di sektor perkebunan misalnya, Malaysia mulai merekrut 1,5 juta tenaga kerja Bangladesh,” paparnya.
Sedangkan di sektor perhotelan, ungkap Hermono, Malaysia telah mulai merekrut tenaga dari Nepal. Nepal yang tadinya tidak masuk dalam ‘radar’ penyerapan tenaga kerja asing di Malaysia kini telah mulai bersaing dengan negara lainnya seperti Indonesia dan Filipina. Sementara, di sektor industri elektronik seperti di Pinang, Malaysia, perusahaan tidak lagi menerima pegawai baru.
“Padahal dari segi bahasa, kita sebenarnya bisa dikatakan lebih unggul. Namun, tentu saja Malaysia mencari sumber tenaga kerja yang menguntungkan baik dari sisi biaya maupun keahlian,” imbuhnya.
Hermono mengungkapkan selama ini berbagai pihak menganggap Malaysia selalu tergantung pada Indonesia dalam penyediaan pekerja/buruh. Anggapan itulah yang menjadikan BMI lengah bersaing di pasar kerja internasional.
“Kebutuhan menciptakan lapangan kerja semakin tinggi, ada 400 hingga 500 ribu pengangguran baru dalam satu tahun. Sehingga penempatan BMI menjadi alternatif. Tapi yang tak kalah penting harus bisa bersaing, tidak hanya ke Malaysia namun juga ke negara-negara lain,” pungkas dia.
Dari data BNP2TKI tercatat jumlah BMI di sektor domestik atau Pekerja Rumah Tangga (PRT) masih tinggi. Menurut catatan BNP2TKI, pada tahun 2015 terdapat 44.929 BMI bekerja sebagai PRT.
Berdasarkan statistik Pusat Penelitian Pengembangan dan Informasi BNP2TKI, di tahun 2015, sebanyak 44.929 BMI berprofesi sebagai PRT. Data tersebut terhitung dari Januari hingga Oktober 2015. Menyusul kemudian, profesi Pengasuh dan Pekerja Perkebunan.
0 komentar:
Post a Comment