Proses evakuasi Sri Rahayu. Photo: KBRI Damascus |
KORANMIGRAN - SBMI Sumbawa, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Damascus berhasil mengevakuasi seorang Buruh Migran Indonesia (BMI) bernama Sri Rahayu binti Masdin Nur asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dari rumah majikan yang berada di Raqqah, Suriah yang merupakan medan pertempuran paling parah sekaligus medan perang paling berat antara Tentara Pemerintah Suriah, pemberontak Free Syrian Army, dan ISIS.
Sri Rahayu didatangkan ke Suriah pada 2 Februari 2011 melalui PT. BINHASAN MAJU SEJAHTERA (Indonesia) dan Sana (Suriah) untuk bekerja di Aleppo. Meskipun telah habis masa kontrak kerjanya di Aleppo selama 2,5 tahun, Sri Rahayu bukannya dipulangkan, tetapi malah dipekerjakan kembali oleh Agen Sana ke majikan baru bernama Mr. Abdul Azim al-Ujaeli di Raqqah.
Sri Rahayu dievakuasi melalui perjalanan darat Raqqah ke Aleppo dari gunung ke gunung secara klandestin siang dan malam selama 6 hari. Untuk mengelabui tentara ISIS, Sri Rahayu dan pegawai Agen Sana mengaku sebagai suami istri. Sri Rahayu berhasil dibawa ke Kantor Konsuler cabang Aleppo pada Januari 2016. Setelah semua hak dan urusan selesai diperjuangkan di Aleppo, Sri Rahayu diantarkan ke shelter Damaskus pada 12 Maret 2016 untuk dipulangkan ke Indonesia
KBRI Damascus mendapat informasi keberadaan Sri Rahayu di Raqqah sejak Juni 2015 dan terus melakukan upayah untuk mengevakuasi. Melalui pengacara retainer KBRI Damaskus di Aleppo, Mr. Muhammad Akra, KBRI Damaskus menekan terus-menerus agen tenaga kerja yang mengirim Sri Rahayu ke Raqqah agar bertanggung jawab. Agen tenaga kerja tersebut selalu beralasan bahwa mustahil mengeluarkan Sri Rahayu dari Raqqah.
Duta Besar RI Damaskus, Djoko Harjanto, menyampaikan bahwa keberhasilan Tim Konsuler KBRI Damaskus dalam menyelamatkan Sri Rahayu patut diapresiasi. Selain itu, perlindungan WNI di wilayah konflik dapat terlaksana berkat hubungan yang terjalin baik, terus dibina, ditunjang oleh jejaring yang kuat.
“Tanpa jejaring yang kuat antara KBRI Damaskus, pemerintah Suriah, dan tokoh masyarakat, mustahil dapat mengemban misi utama perlindungan WNI di tengah gejolak konflik Suriah ini,” ujar Dubes Djoko.
Selama 2 tahun 2 bulan bekerja di Raqqah, Sri Rahayu digaji dengan baik oleh majikan Mr. Abdul Azim al-Ujaeli yang dulu berprofesi sebagai insinyur. Sri Rahayu bertugas untuk merawat majikannya yang sudah tua dan tinggal seorang diri, sementara anak-anak majikannya sudah keluar dari Raqqah. Majikan Sri Rahayu bukan simpatisan ISIS, tetapi penduduk asli Raqqah yang terjebak di Raqqah karena usia senja.
Meskipun tinggal di Kota Raqqah, Sri Rahayu tidak bekerja bagi simpatisan ISIS. Setelah KBRI Damaskus melakukan screening berkali-kali kepada Sri Rahayu, tidak ada indikasi sama sekali bahwa BMI kelahiran 1976 ini bersimpati pada ISIS. Bahkan ia mengaku membenci ISIS karena melihat sendiri perilaku kejam mereka di Raqqah.
“Selayaknya para TKW lainnya, Sri Rahayu hanya concern tentang gaji dan pulang. Hal ini sekaligus juga menolak asumsi beberapa pihak di Tanah Air bahwa banyak BMI di Suriah yang condong pemikirannya ke ISIS,” ujar AM. Sidqi, Pejabat Konsuler sekaligus Penerangan Sosbud KBRI Damaskus.
Saat ini Sri Rahayu berada aman di shelter KBRI Damaskus bersama puluhan BMI lainnya yang tengah dipersiapkan kepulangannya. (Sumber: Pensosbud KBRI Damaskus)
“Tanpa jejaring yang kuat antara KBRI Damaskus, pemerintah Suriah, dan tokoh masyarakat, mustahil dapat mengemban misi utama perlindungan WNI di tengah gejolak konflik Suriah ini,” ujar Dubes Djoko.
Selama 2 tahun 2 bulan bekerja di Raqqah, Sri Rahayu digaji dengan baik oleh majikan Mr. Abdul Azim al-Ujaeli yang dulu berprofesi sebagai insinyur. Sri Rahayu bertugas untuk merawat majikannya yang sudah tua dan tinggal seorang diri, sementara anak-anak majikannya sudah keluar dari Raqqah. Majikan Sri Rahayu bukan simpatisan ISIS, tetapi penduduk asli Raqqah yang terjebak di Raqqah karena usia senja.
Meskipun tinggal di Kota Raqqah, Sri Rahayu tidak bekerja bagi simpatisan ISIS. Setelah KBRI Damaskus melakukan screening berkali-kali kepada Sri Rahayu, tidak ada indikasi sama sekali bahwa BMI kelahiran 1976 ini bersimpati pada ISIS. Bahkan ia mengaku membenci ISIS karena melihat sendiri perilaku kejam mereka di Raqqah.
“Selayaknya para TKW lainnya, Sri Rahayu hanya concern tentang gaji dan pulang. Hal ini sekaligus juga menolak asumsi beberapa pihak di Tanah Air bahwa banyak BMI di Suriah yang condong pemikirannya ke ISIS,” ujar AM. Sidqi, Pejabat Konsuler sekaligus Penerangan Sosbud KBRI Damaskus.
Saat ini Sri Rahayu berada aman di shelter KBRI Damaskus bersama puluhan BMI lainnya yang tengah dipersiapkan kepulangannya. (Sumber: Pensosbud KBRI Damaskus)
0 komentar:
Post a Comment