Aksi Menolak Perbudakan Piala Dunia Qatar, Photo: Istimewa |
Komunitas Nepal di Melbourne yang paling banyak ikut serta dalam aksi itu.
Mereka mengklaim lebih dari dari 70 warga Nepal yang bekerja di Qatar tewas tahun ini akibat buruknya kondisi para pekerja di negara Teluk dan kaya minyak itu
Diperkirakan sekitar 400 ribu warga Nepal mencari penghidupan di Qatar dan terlibat dalam proyek pembangunan stadion dan infrastrukur penunjang perhelatan Piala Dunia 2022.
Mereka juga menuding kalau pekerja migran dipaksa bekerja dalam kondisi kepanasan tanpa akses air minum, gaji yang tertunda berbulan-bulan dan paspornya disita untuk mencegah para pekerja meninggalkan negara itu .
“Ini menunjukan perbudakan ada di dunia dan kita harus mengatakan tidak bisa menerimanya lagi,” tuding Raju Sakya, salah seorang pemimpin demonstran.
Dia menyerukan kepada pemerintah Nepal, FIFA dan komunitas internasional menyampaikan isu ini kepada otoritas Qatar.
Mereka mengingatkan kalau perhelatan besar Piala Dunia 2022 menjadikan "wadah eksploitasi dan kesengsaraan" bagi buruh migran.
Protes ini juga dihadiri oleh presiden Australian Council of Trade Unions, Ged Kearney.
Kearney mengungkapkan tim sepak bola Australia yang berjuluk ‘the Socceroos’ bisa ikut memberikan dukungan dengan menekan pemerintah Qatar.
“Kami ingin mereka mengatakan ‘tidak,’ kami tidak akan main di stadion yang dibangun oleh perbudakan. Kami tidak akan pergi sampai orang-orang mempunyai harga diri yang membangun stadion,” tukas Kearney.
Aksi di Melbourne tersebut mengikuti demonstrasi serupa di Amerika Serikat, Inggris dan Sydney.
Para aktivis selanjutnya juga menggelar kampanye anti perbudakan itu dengan melakukan kampanye reli di ibukota Nepal Kathmandu.
0 komentar:
Post a Comment