KORANMIGRAN - SBMI bersama sejumlah Aktifis Buruh Migrant Indonesia yang
tergabung dalam Aliansi Rakyat untuk Ratifikasi Konvensi Migrant 1990
(ARAK 90) menggelar Aksi di Bundaran HI. ARAK 90 terdiri dari Gabungan
beberapa elemen Organisasi antara lain: Asosiasi Tenaga Kerja
Indonesia(ATKI), Asosiasi Serikat Pekerja (Aspek) Indonesia, SBMC, SBMK,
AGRA, Front Mahasiswa Nasional (FMN), Gabungan Serikat Buruh
Independent (GSBI), LPB, PMKRI, CGM-UBK, INDIES, Solidaritas Perempuan,
Praxis, HRWG, LBH Jakarta, LBH Aspek Indonesia, LBH Apik, PBM, IWORK,
Migrant Care, Institut Ecosoc Rights, Union Migran Indonesia-Aspek
Indonesia.
Salah satu peserta aksi Hadi dari SBMI menyatakan bahwa aksi itu adalah untuk menekan Pemerintah SBY supaya segera meratifikasi Konvensi PBB tahun 1999 karena itu merupakan bagian ikhtiyar yang bisa dilakukan. akan tetapi mereka justru menunda-nunda bahkan tidak mengindahkan tuntutan dan penderitaan para buruh migran. Buruh harus bersatu melawan penindasan, teriaknya menimpali kawan-kawan peserta aksi yang lain.
Selanjutnya, SBMI dalam aksi ini menekakankan bahwa Pemerintah tidak pernah serius membuat kebijakan untuk memberikan Perlindungan kepada Buruh Migran Indonesia (BMI). permasalah Buruh Migrant tidak bisa diselesaikan secara Parsial. Namun musti integral, karena persoalan ini tidak hanya ada diluar Negri akan tetapi di dalam Negri, dan Indonesia merupakan Pengekpor terbesar buruh migran. ini Juga karena lemahnya pendidikan yang di dapat oleh BMI.
Seharusnya Pemerintah mulai dari SBY sampai tingkat bawah mempunyai program yang sama dan integral untuk menuntaskan persoalan Buruh Migran Indonesia.
Aksi kemudian dilanjutkan di depan Istana dan menyuguhkan pagelaran teatrikal yang menggambarkan penderitaan yang dialami oleh Buruh Migran Indonesia ketika mereka melaksanakan tanggungjawabnya, bekerja di luar Negeri. Setelah berbagai element menyuarakan orasi politiknya masing-masing, aksi itupun diakhiri dengan damai, dan di tutup pada pukul 12.30 WIB.
Salah satu peserta aksi Hadi dari SBMI menyatakan bahwa aksi itu adalah untuk menekan Pemerintah SBY supaya segera meratifikasi Konvensi PBB tahun 1999 karena itu merupakan bagian ikhtiyar yang bisa dilakukan. akan tetapi mereka justru menunda-nunda bahkan tidak mengindahkan tuntutan dan penderitaan para buruh migran. Buruh harus bersatu melawan penindasan, teriaknya menimpali kawan-kawan peserta aksi yang lain.
Selanjutnya, SBMI dalam aksi ini menekakankan bahwa Pemerintah tidak pernah serius membuat kebijakan untuk memberikan Perlindungan kepada Buruh Migran Indonesia (BMI). permasalah Buruh Migrant tidak bisa diselesaikan secara Parsial. Namun musti integral, karena persoalan ini tidak hanya ada diluar Negri akan tetapi di dalam Negri, dan Indonesia merupakan Pengekpor terbesar buruh migran. ini Juga karena lemahnya pendidikan yang di dapat oleh BMI.
Seharusnya Pemerintah mulai dari SBY sampai tingkat bawah mempunyai program yang sama dan integral untuk menuntaskan persoalan Buruh Migran Indonesia.
Aksi kemudian dilanjutkan di depan Istana dan menyuguhkan pagelaran teatrikal yang menggambarkan penderitaan yang dialami oleh Buruh Migran Indonesia ketika mereka melaksanakan tanggungjawabnya, bekerja di luar Negeri. Setelah berbagai element menyuarakan orasi politiknya masing-masing, aksi itupun diakhiri dengan damai, dan di tutup pada pukul 12.30 WIB.
0 komentar:
Post a Comment