KORANMIGRAN
– Sebanyak 30 orang aktifis yang berasal dari berbagai elemen
organisasi rakyat seperti Serikat Buruh Migran Indonesia
(SBMI), Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia (ATKI), Migrant Care, Aliansi
Gerakan Reforma Agraria (AGRA), Gabungan Serikat Buruh Independen
(GSBI), Front Mahasiswa Nasional (FMN) dan Institute for National and
Democracy Studies (INDIES) menggelar sebuah aksi damai di depan istana
negara.
Aksi
ini diselenggarakan dalam rangka menuntut tanggung jawab pemerintah
Indonesia, untuk segera memulangkan secara gratis dan tanpa syarat bagi
ratusan Buruh Migran Indonesia (BMI) yang hingga saat ini terlantar
dibawah kolong jembatan Kandarah, Jeddah, Arab Saudi. Selain itu, massa
aksi juga menuntut segera diberikannya perlindungan sejati bagi jutaan
BMI yang saat ini bekerja diseluruh negara penempatan.
Dalam
pidato politiknya, Retno Dewi (Ketua ATKI Indonesia) mengatakan,
“Keberadaan BMI yang terlantar dibawah jembatan Kandarah bukanlah hal
yang tanpa sebab. Mereka terpaksa memilih jalan seperti ini karena
pemerintah RI melalui perwakilannya yang ada di Arab Saudi tidak mau
peduli dengan nasib mereka. Berulang kali pengaduan dilakukan, namun
tidak satupun didengarkan, termasuk tidak dibantu dalam pengurusan
dokumen perjalanan yang dapat membantu kepulangan para BMI ini”.
Retno
Dewi menambahkan, “BMI yang saat ini terlantar dibawah jembatan
Kandarah juga sangat rentan mendapatkan bahaya. pemerasan, intimidasi
bahkan tindakan kekerasan menjadi ancaman yang bisa datang setiap saat.
Ketika BMI memilih tinggal di kolong jembatan, pemerintah tidak cepat
tanggap untuk segera menyelesaikan problem yang sudah terjadi sejak
tahun 1997 silam. Beberapa kesalahan pemerintah Indonesia yaitu; tidak
memberikan perlindungan dan menjamin hak-hak BMI yang dikirim ke Arab
Saudi.
Seharusnya
pemerintah RI bisa membuat Memorandum of Understanding (MoU) dengan
pemerintah Arab Saudi sejak pemerintah mulai mengirimkan BMI ke Arab
Saudi untuk menjamin pemenuhan hak-hak kesejahteraan BMI. Tanpa adanya
MoU, pemerintah telah mengingkari mandat UUPPTKILN Nomor 39 tahun 2004,
dimana disebutkan bahwa harus ada bentuk kerjasama dibidang
ketenagakerjaan antara negara Indonesia dengan negara penempatan.
Artinya, pemerintah Indonesia dibawah rejim SBY-Boediono harus
bertanggung jawab penuh atas nasib BMI yang sekarang berada di kolong
jembatan di Arab Saudi.
“Aksi
hari ini adalah bentuk aksi piket pertama, sebagai kecaman dan desakan
kepada pemerintah SBY-Boediono. ATKI akan melakukan aksi piket
berikutnya, di selasa minggu depan untuk terus mendesak Pemerintahan RI
agar segera melakukan tindakan yang solutif dan segara memulangkan BMI
yang terlantar di Kolong Jembatan Kandarah, Jeddah, Arab Saudi”
tambahnya.
Dalam
aksi ini, seluruh massa aksi juga mengenakan topeng sebagai simbol
ketidakpedulian pemerintah serta mentutup mata dan telinga atas kejadian
yang menimpa BMI di Arab Saudi.
Selain itu, seorang massa aksi, Asep dari SBMI yang istrinya bekerja di Arab Saudi - Elis
Lisnawati dalam
pernyataannya menuturkan sudah hampir setahun ini istri
saya diberangkatkan ke Arab. Hanya 3 bulan memberi kabar berita, namun
setelah itu tidak ada kabar sama sekali dengan keberadaannya, besar
harapannya kepada pemerintah untuk bisa mencarikan kabar, memberikan
perlindungan dan hak-hak yang sudah seharusnya menjadi milik dari
istrinya tersebut, sesegera mungkin. Sudah
beberapa kali pula mengadukan dan menanyakan perkembangan hilang kontak
istrinya di Arab namun belum ada tanggapan yang menggembirakan dari Deplu
maupun dari BNP2TKI.
“Harapan saya agar pemerintah mau menghukum PJTKI
dan para calo yang memang melanggar undang-undang dan tidak memberikan
informasi yang baik dan benar, malah mengancam saya berulangkali”, ungkapnya didepan aksi massa dan sejumlah media.
Setelah
seluruh organisasi menyampaikan pesan dan pidato politiknya, aksi damai
ini diakhiri dan seluruh massa aksi membubarkan diri dengan tertib.
0 komentar:
Post a Comment