Buruh Migran yang menunggu di Macao |
Kenapa saya di Macao? Ini adalah proses tunggu visa kerja ke Hong Kong setelah kontrak kerja pertamaku berakhir karena PHK. Aku sempat bekerja selama 4 bulan setengah dan karena tidak mau pulang ke Indonesia, aku memilih mengurus proses pencarian majikan baru di Macao.
Bourding House ini sangat tidak nyaman, mulai dari ruangan pengap, ruangan yang panas karena Kipas Angin yang hanya satu juga kamar mandi hanya satu. Parahnya WC-nya rusak pula hingga aku dan kawan-kawan harus pergi ke toilet di dermaga. Kalau mau buang air besar kami harus berjalan kaki dulu karena letaknya lumayan jauh juga.
Sama seperti penampungan di tanah air, soal makan tak jarang membuat hati ini menjerit. Aku hanya bisa berkata dalam hati, "Kok belum pernah merasakan penjara tapi kok malah seperti penjara dengan menu yang tak layak..".
Tapi aku tidak mau hanya berkeluh kesah saja. Akhirnya kucoba komplen (red:protes) dengan pihak pengelola Bourding House). Mudah-mudahan diteruskan ke agenku di Hong Kong...
Akhirnya pihak pengelola Bourding House setuju untuk memperbaiki menu makan. Mereka bilang petugas piket yang tidak bisa mengelola menu.
Wah, aku senang dan belajar dari protes ini. Ternyata kalau kita diam dan menerima begitu saja ketidaknyamanan selama di Bourding House maka kita akan tersiksa. Kalau kita berani bicara atau komplen maka kita akan didengar dan tuntutan dipenuhi.
Penulis: Elya Rosa
Penulis: Elya Rosa
0 komentar:
Post a Comment