Orang Miskin Selalu Mendapat Diskriminasi dalam Pendidikan, Photo: Istimewa |
KORANMIGRAN, JAKARTA - Indonesia merdeka sejak 70 tahun yang lalu, pemimpin negara sadah 7 kali pergantian, sejak era bung Karno hingga era Jokowi. kita dapat melihat perubahan di negeri kita dari berbagai bidang, perubahan yang nampak jelas mungkin dari bidang pembangunan.
Lalu bagai mana dengan pendidikan dan ekonomi di indonesia?
Kemiskinan masih menjadi persoalan yang tiada hentinya di bahas di negeri kita
tercinta. bahkan di dunia pendidikan orang miskin hanya mampu menjadi
penonton di saat kaum elit berlomba-lomba menuntut ilmu dan mengejar
cita-cita. miskin bukan berarti bodoh, bahkan jika di bandingkan
berdasarkan fakta anak orang miskin kebanyakan lebih pintar dari pada
anak-anak orang kaya pada umumnya,, jelas!! sebab anak orang yang kurang
mampu memiliki motivasi lebih besar dari pada anak orang kaya..!!!hal
ini membuat saya pribadi bertanya-tanya dalam hati, apa mungkin orang
miskin tidak pantas mendapat pendidikan yang lebih tinggi dari pada
orang kaya? uang sebagai penguasa dunia menjadi penghambat golongan
lemah dalam mengejar cita-citanya.
Bagi orang miskin, lulus SMA saja sudah menjadi hal yang amat sangat membanggakan, termasuk saya pribadi. tapi bukan berarti tidak ada keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, semua itu kembali pada faktor ekonomi. satu per satu cita-cita, harapan, serta angan-angan harus pupus. mau tidak mau harus menerima kenyataan bahwa orang tua tidak mampu membiayai anak-anak mereka untuk melanjutkan pendidikan. sungguh ironis, pada saat itu tidak tahu siapa yang harus di salahkan.!!!
Apa yang saya tulis di artikel ini adalah apa yang telah saya rasakan
sendiri. masih jelas di ingatanku pada waktu itu tahun 2011 saya lulus
dari SMA, di satu sisi ada kebanggaan tersendiri namun di sisi
lain perasaan iri terhadap teman-teman seangkatan yang lagi
sibuk-sibuk nya mengurus berkas untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Namun saya merasa lega, sahabatku yang begitu perduli dengan keadaan ku
datang memberi harapan, dia memberi ku sejumlah uang untuk ongkos
berangkat ke kota tetangga guna mendaftar di salah satu perguruan tinggi
negeri di kota itu.
Sebulan berlalu, saatnya mengetahui hasil pengumuman SNMPTN, dan saya pun di nyatakan lulus di jurusan ekonomi. Betapa bahagianya saya saat itu, sedangkan teman-teman lain yang tidak
lulus harus bersusah payah mengikuti seleksi gelombang ke dua, bahkan
ada yang menghalalkan segala cara termasuk letjen (lewat jendela). begitu istilahnya hehehee..
Saya pun hanya mampu mengelus dada dan menelan ludah, maka pupuslah semua harapan ku di hari itu.!
Dan hari itu menjadi hari yang meruba arah jalan hidupku, saya berusaha tegar menghadapi kenyataan itu namun tak mampu. hingga akhirnya hampir 4 tahun saya hanya menjadi beban keluarga, tidak tahu berbuat apa-apa hanya masalah dan masalah yang selalu saya hadirkan di tengah keluarga, saya bahkan berfikir bahwa semua masalah yang saya perbuat adalah bentuk protes ketidak puasanku terhadap orang tuaku..
Hingga kesadaran menghampiriku bahwa tidak ada seorangpun orang tua yang tidak ingin membahagiakan anaknya semua itu hanya karena keterbatasan materi, dan tidak ada satu pun orang yang pantas disalahkan.
Berkaca dari kisah di atas, saya berharap peran pemerintah untuk memberi
kebijakan terhadap rakyat miskin yang ada di pelosok nusantara agar
dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi seperti halnya
yang di dapatkan oleh orang-orang kaya. karena kita semua tidak ingin akan ada
lagi generasi yang rusak mental, menuntut kepada orang tua hingga akhirnya orang tua harus berusaha mati-matian mengorbankan segalanya bahkan nyawa. ada yang harus bekerja sebagai kuli bangunan, buruh serabutan, serta menjadi BMI (Buruh Migran Indonesia) yang harus bekerja di luar negeri, yang sesampainya di negara tujuan diperlakukan semena-mena oleh sang majikan, hingga harus berurusan dengan hukum bahkan ada yang harus menerima hukuman mati.
Ditulis oleh: Zulkifli, Anggota SBMI Buol, Sulawesi Tengah
0 komentar:
Post a Comment