728x90 AdSpace

TERKINI
Friday, 5 February 2016

Poniyati Menanti Kepulangan Rita Krisdianti

Orang tua Rita Krisdianti yang selalu berharap anaknya akan pulang
Kedua orang tua Rita Krisdianti mengajak kita semua untuk bersolidaritas #SAVE_RITA

Poniyati, Ibunda yang tulus hatinya
 

Mungkin disetiap waktumu kau terus merapalkan doa

Ketika semua harta yang sedikit itu, sudah kau habiskan untuk bertemu Rita

Pasrah, menangis, tapi kau tetap kuat dan yakin

Yakinlah, Kita tidak akan menguburkan perempuan hebat seperti Rita hanya karena pemerintah yang abai

Tak ada kesunyian yang tak berujung Ibu,

Karena Rita adalah bintang,

yang terang meskipun sendirian di dalam ruang yang tak berudara dan gelap

Lihatlah ibu, senyummu meyakinkanku

Akan ada barisan massa disetiap jalanan

Memaksa dan menjemput Rita kembali ke pelukanmu

Juga, barisan massa yang akan memenuhi jalanan

Untuk tatanan kehidupan yang baru

Mau kah bersama barisan massa itu Ibu?

Demi Rita dan Rita-rita yang lain di luar sana

Demi kemanusiaan!


Ini malam yang berbeda, di tengah rintik hujan mengguyur desa Gabel, Kecamatan Kauman, Ponorogo. Senyum bahagia ibu menyambut kedatangan rombongan kawan-kawan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) di rumah orang tua Rita Krisdianti. Malam pertama di bulan ke dua tahun 2016, 1 februari 2016. Salam yang ramah, senyum yang manis, dan pelukan yang hangat menutupi mata yang hampir memecahkan air mata. Poniyati berusaha menahan air mata itu, senyum dan senyum yang dia guratkan di wajahnya yang lembut.

Hampir empat tahun penantian Poniyati dari 24 Mei tahun 2012 Rita berpamitan untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya dan pergi ke Hongkong. Empat tahun sampai hari ini bukan waktu yang sebentar untuk penantian Ibu. Namun, Tak ada alasan untuk melangkah pergi, menyerah, pasrah, tiada harap dan menghindar. Tapi siapa peduli yang dirasamu ibu Poniyati. Saat sepi kian hari kian menyiksa menunggu kabar vonis bebas dan anak perempuan tangguhnya kembali ke rumah.


Dalam sembarut senyum di wajahmu untuk menutupi luka hatimu, dengan tenang kau menceritakan ketika Juli 2013 menjadi waktu kau harus merasakan guncangan mendengar kabar anaknya yang dinanti sedang menderita. Telfon dari mantan suami Rita mengabarkan bahwa Rita masuk dalam lapas Malaysia akibat terjerat kasus narkoba. Itu bukan kabar yang dinanti-nanti selama Rita diizinkan menjadi tulang punggung keluarga.


Poniyati dan keluarganya, empat kali mengunjungi anaknya yang terkurung di lapas Malaysia. Apa saja dijual untuk biaya transportasi, penginapan, makan, dan biaya hidup selama di Malaysia. Setiap berangkat minimal Rp. 10.000.000,- yang harus dikeluarkan Poniyati.

 
“semua sudah dijual, tersisa piring gelas saja yang belum dijual, apapun saya lakukan demi anak, saya berjuang demi anak, kulo yakin, anak kulo mboten salah (saya yakin anak saya tidak salah)”
 
Tanggal 31 Mei 2014 sampai 03 Juni 2014, 05 April 2015 sampai 08 April 2015 dan 28 september 2015 sampai 01 Oktober 2015. Tanggal yang tercatat di Pasport perjalanan Poniyati ke Malaysia. Tiga kali berangkat mengunjungi Rita, dan satu kali keberangkatan pertama pun sudah dilakukan oleh Suci, anak perempuan pertamanya sekaligus kaka dari Rita. Ya, empat kali keberangkatan tottalnya yang dilakukan oleh keluarga Rita.

 
Keyakinanmu begitu kuat Poniyati, sehingga kau harus menjual segala sesuatu dan melakukan usaha-usaha membebaskan Rita. Apa yang kau rasa, Ibu, ketika mendengar bahwa perempuan tangguh tulang punggung keluarga menjadi korban pemerintah yang abai terhadap rakyatnya. Pramoedya Ananta Toer dalam gadis pantai mengatakan “A mother knows what her child's gone through, even if she didn't see it herself.” Seperti itulah yang mungkin dialami Poniyati.


Senyum dan peluk hangat dari Poniyati malam itu, memberi isyarat bahwa dia kuat dan akan terus berjuang untuk Rita. Dia terus menceritakan bahwa Rita anak yang pendiam, pemalu, jadi tidak mungkin Rita masuk dalam mafia narkoba apalagi ini mafia kelas internasional.


Ibu, Semua ini tidak akan terjadi jika tidak ada ketimpangan kelas. Masuk dalam kategori kelas menengah ke bawahlah yang membuat Rita harus menjadi salah satu dari buruh migran Indonesia. Keinginan membangun ekonomi yang lebih baik memaksa Rita untuk berangkat mendaftar sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Hongkong. Baru tiga bulan Rita di PHK oleh majikannya dan pergi ke Makau. Lapar dan terlunta-lunta, biaya kos yang mahal, uang sudah tidak ada, datanglah kawan yang menawari usaha pakaian. Ini kondisi sulit, karena pemerintah tidak mempedulikan rakyatnya yang lapar. Bukan salah Rita ketika dia harus menerima tawaran bisnis pakaian yang ternyata membawanya ke lapas Malaysia. Penipuan yang dilakukan oleh mafia Narkoba Internasional memang salah satu masalah yang dihadapi buruh migran. Sekali lagi, pemerintah tidak peduli rakyatnya yang kelaparan. Pemerintah hanya peduli kepada tuan yang membuat mereka kenyang berlebih.

 
“Bagaimana caranya, saya minta Rita bisa bebas dan pulang kembali ke Ibu dan Bapak, katanya Rita mau merawat Ibu Bapak saja”
 
Salah satu harapan Poniyati yang disampaikan kepada Kepala desa Gabel saat meminta dukungan desa. Poniyati, Ibu yang sangat berharap, agar kepala desa bisa mendorong seluruh elemen pemerintah turut bertanggung jawab dengan membebaskan Rita dari tahanan dan ancaman hukuman mati. Mengingat belum ada peraturan desa, peraturan daerah, dan aturan-aturan dari pemerintah yang melindungi buruh migran.

 
Ibu Poniyati, perih seperti apa yang kau rasakan menanti waktu kebebasan anakmu? Rita, perempuan baik yang lahir dari rahimmu yang sudah berjanji akan kembali pulang dan menemanimu yang sudah mulai menua. Ibu, penantianmu tidak sendirian. Kau ditemani kawan-kawan yang welas asih yang peduli terhadap kemanusiaan. Masih ada 277 kaum migran dari data yang sementara tercatat mengalami nasib seperti Rita. Artinya. Kau Ibu, tidak sendirian. Masih ada manusia yang yang peduli terhadap kemiskinan, yang peduli terhadap nyawa manusia, ini semua tentang kemanusiaan. Solidaritas, monitoring terhadap proses hukum Rita, dan terus mendesak pemerintah agar segera membebaskan Rita.

 
Tapi, berharap kepada pemerintah tidak akan bisa ibu. Pemerintah masih dikuasai oleh mereka yang tidak peduli akan kemanusiaan. Mereka yang masih bersembunyi dalam ketiak kapitalisme. Mengeksploitasi perempuan seperti Rita, mengeksploitas anak-anak, mengambil hak-hak kelas pekerja dengan serakah. Mereka yang tidak peduli dengan kesejahteraan kaum seperti kita Ibu. Maka Ibu, jangan pernah putus asa, mari bersama-sama dengan manusia yang welas asih menggalang kekuatan untuk menjemput Rita. Esok, akan tiba dimana kau akan memberikan peluk yang hangat kepada Rita seperti kau memeluk kami. Senyummu akan semakin manis memandang kemenangan bebasnya Rita.

 
Ditulis Oleh: Fullah Jumaynah, Aktivis Mahasiswa Pembebasan Kolektif Yogyakarta.

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Poniyati Menanti Kepulangan Rita Krisdianti Rating: 5 Reviewed By: Zulkifly lamading