Oleh: Ilalang Vicktoria
Sajak Sebatang Pohon Palm
Puan, Perempuan..
Aku menjadi saksi seribu perempuan resah.
Hingga kemarin, aku masih menagkap leluasa
Sajak Sebatang Pohon Palm
Dis, Gadis..
Di antara bait-bait puisi
Ada sajak sebatang lisong
Kau sebut.
Ada ketidak adilan
Kau hentakkan
Dan aku bergetar.
Wan, perawan...
Di antara sedu sedan kemarin
Perawan yang kehilangan mimpi
Datang kemari ingin menjemput Rejeki
Untuk pesta pernikahannya nanti.
Namun sayang seribu sayang.
Dalam bayang remang malam.
Ia bersandar di sini
Air matanya meleleh dalam pelukan.
Lelakinya tak lagi setia, tak sanggup bertahan.
Puan, Perempuan..
Aku menjadi saksi seribu perempuan resah.
Memikirkan anaknya
Mencemaskan suaminnya
Merindukan ayah ibunya.
Dalam sajak sebatang lisong yang kau bacakan
Semua kegelisahan tertumpah
Pada tawa, pada air mata, pada canda, bahkan belai mesra.
Eh, puan perempuan..
Hingga kemarin, aku masih menagkap leluasa
Perempuan berbaju biru berdansa menarikan Sara.
Meski dengan musik dangdut, dan...
Tawa renyah tersedut sedut Akhhh...
Aku sebatang pohon palm
Menjadi saksi kegelisahan
Perempuan perempuan tegar penantang bada
Dis gadis begitu harum namamu dimataku
ReplyDeletedis gadis jadi pujaan hati kaum lelaki
dis gadis akhirnya kau pergi mencari rezeki
dis gadis tahu nggak ibu pertiwi membutuhkan kau kembali
cepatlah pulang wahai gadis bidadari luar negeriππ©π©π©π©π©
Dis gadis begitu harum namamu dimataku
ReplyDeletedis gadis jadi pujaan hati kaum lelaki
dis gadis akhirnya kau pergi mencari rezeki
dis gadis tahu nggak ibu pertiwi membutuhkan kau kembali
cepatlah pulang wahai gadis bidadari luar negeriππ©π©π©π©π©