Nur Cholifatun saat terjatuh di tengah aksi masa. Foto: Zulkifly L |
KORANMIGRAN - Semangat pantang menyerah yang menggebu datang dari sosok seorang mantan buruh migran di tengah aksi May Day. Dengan kondisi yang memprihatinkan, melangkah dengan bantuan tongkat di kedua tangannya tidak lantas membuatnya menyerah.
Nur Cholifatun berusaha menunjukan kepada kawan-kawannya bahwa keterbatasan langkahnya bukan menjadi alasan dirinya untuk menyerah dalam berjuang. Meski lelah dengan langkah kecilnya hingga harus terjatu di tengah jalan, dia terus berusaha bangkit berdiri dan mencoba melangkah lagi.
Saat dia terjatu semua orang yang mengawalnya berkumpul mencoba membantunya untuk berdiri, Nisma Abdullah yang terus berada di sampingnya mencoba memberi semangat kepada Nur untuk bangkit kembali.
"Pejuang gak boleh Nangis" kata Nisma, sontak diikuti oleh semua kawan-kawan yang tengah berdiri mengelilingi Nur.
Saat Nur Cholifatun bangkit dan meneruskan aksi. Foto: Zulkifly L |
Situasi mengharukan menyadarkan kami atas arti sebuah perjuangan seorang mantan buruh migran yang di eksploitasi serta deportase menyebabkan dirinya mengalami kecelakaan selagi berada di macao.
Momentum May Day menjadi batu loncatan bagi Nur Cholifatun untuk turun langsung bersama di tengah-tengah massa buruh lainnya.
Setelah aksi Nur mengatakan bahwa dia merasa harus bangkit setelah terjatuh karena tidak ingin mengecewakan kawan-kawan yang terus memberikan semangat kepadanya.
"Walaupun sakit aku tetap berusaha berdiri, saat itu aku berpikir dan merasa bersalah jika harus berhenti di tengah jalan. kasihan kawan-kawan yang relah mengawal dan mengikuti langkah ku." Tutur Nur.
Nur sadar bahwa dia harus berjuang untuk mendapatkan hak-haknya, salah satunya adalah hak mendapatkan asuransi pengobatan sampai sembuh yang saat ini tengah ditangani oleh tim advokasi SBMI.
0 komentar:
Post a Comment