Aksi baliho raksasa PPRI pada Mayday 2015 |
Di May Day 2015 ini, PPRI menegaskan sikap politiknya, yakni “buruh dan rakyat bersatu bangun partai tanpa elit borjuasi”. Sikap politik membangun partai adalah kebutuhan mendesak di tengah banyaknya persoalan yang diderita oleh rakyat, seperti pemutusan hubungan kerja (PHK), upah murah, penggusuran dan persoalan lain yang secara umum disebabkan oleh ketidakadilan.
PPRI melihat bahwa akar persoalan tersebut adalah karena kekayaan alam dinikmati 1 persen oleh orang terkaya sementara 99 persen rakyat harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka dengan segala cara.
Aliansi ini juga menegaskan dukungannya terhadap inisiatif pendirian partai politik dari bawah. Misalnya, PPRI mengapresiasi inisiatif Gerakan Buruh Indonesia (GBI) untuk mendirikan partai, namun dengan sejumlah catatan. GBI merupakan gabungan dari KSPSI, KSBSI, KSPI, KP-KPBI dan LMND.
“Pertama, saat tiga konfederasi ini masuk ke partai elit pemodal yang ada dan menempatkan pengurus serikatnya untuk mengikuti pemilihan legislatif,” dikutip dari selebaran PPRI.
Taktik tersebut dinilai gagal, contohnya di Bekasi hanya dua calon yang terpilih menjadi anggota parlemen dan sampai hari ini tidak sanggup memberikan kemajuan signifikan dalam mengatasi persoalan buruh di daerah tersebut. Ketiga konfederasi ini juga mendukung calon presiden yang berbeda dalam pilpres 2014. KSBSI dan KSPSI mendukung Jokowi-JK dari Koalisi Indonesia Hebat (KIH) sedangkan KSPI dibawah pimpinan Said Iqbal mendukung Prabowo-Hatta dari Koalisi Merah Putih (KMP).
Dukungan kotroversial ditunjukkan KSPI yang mendukung Prabowo karena Prabowo diduga kuat sebagai pelaku pelanggaran HAM yang sampai saat ini belum diusut.
“Kedua, dalam rencana mogok nasional (MONAS) pada 3 Desember 2014 lalu, ketiga konfederasi ini juga memundurkan perjuangan buruh dengan menunda dan kemudian membatalkan mogok setelah Presiden Jokowi menelpon Presiden KSPSI Andi Gani,” di selebaran PPRI.
Selain PPRI, massa dari kalangan serikat buruh lainnya juga memenuhi sepanjang jalan dari Bundaran HI sampai istana negara. Seperti biasanya, massa dari tiga konfederasi besar, yakni KSPI, KSPSI dan KSBSI terlihat mendominasi. Juga terdapat kelompok massa lain seperti FPR, PPBI dan SBTPI.
Pada peringatan Mayday 2015 karena ini aksi terhenti karena harus melakukan shalat Jumat bersama di jalan. Seusai shalat Jumat, massa KSPI ternyata hanya sampai Bundaran Air Mancur Indosat lalu berbalik menuju ke stadion Gelora Bung Karno untuk mengikuti acara May Day Fiesta 2015. Sementara, kelompok massa lainnya tetap berada di depan Istana hingga pukul 5 sore.
Meski memobilisasi massa paling banyak, massa KSPI terlihat menurun jika dibandingkan dengan aksi-aksi May Day pada tahun lalu. Bangku-bangku di GBK terlihat banyak yang kosong. Peristiwa duka tercatat dalam Mayday 2015 ini karena ada aksi bakar diri dan lompat dari atap GBK oleh Sebastian Manuputty dari PUK SPAI FSPMI PT Tirta Alam Segar.
0 komentar:
Post a Comment