ABK di Kapal Ikan |
Demikian ungkap keterangan tertulis yang diberikan Kementerian Luar Negeri RI kepada media pada Sabtu, 6 Juni 2015. Perwakilan Kemlu juga telah menghubungi keluarga kelima ABK yang meninggal dunia untuk mengabarkan berita duka itu.
"Kemlu juga telah berkoordinasi dengan Badan Nasional Pengiriman dan Penempatan TKI (BNP2TKI) agar bisa memantau proses pemenuhan hak-hak ABK WNI sesuai dengan aturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia," tulis Kemlu.
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kemlu, Lalu Muhammad Iqbal, mengatakan Taiwan merupakan salah satu negara tujuan favorit para ABK asal Tanah Air. Data yang dimiliki Kemlu mencatat, total terdapat sekitar 12 ribu WNI yang bekerja di sana.
Berdasarkan data Kemlu, kini direktorat yang dipimpin Iqbal masih bergelut dengan 480 kasus hukum ABK. Kendati banyak kasus hukum, Taiwan tetap jadi favorit karena banyak perusahaan di sana yang memiliki kapal ikan. Sebagian besar ABK Indonesia diketahui bekerja di kapal ikan.
"Itu dipicu lantaran lemahnya regulasi di sana dan di Tanah Air," kata Iqbal.
Menurut penuturan ABK Indonesia lainnya ketika bertemu dengan perwakilan KBRI Dakar, di kapal tidak ada pasokan makanan dan minuman yang cukup. Kapten kapal yang justru memiliki bahan logistik, justru menyimpan untuk dirinya sendiri.
Sementara, jasad kelima ABK Indonesia yang meninggal di Senegal sudah dipulangkan ke Indonesia lewat Bandar Udara Soekarno Hatta. Menurut hasil autopsi dokter mereka meninggal akibat dehidrasi akut dan malnutrisi.