Ilustrasi aksi mogok nasional. Photo:Istimewa. |
"Insan buruh jangan mau dimanfaatkan elite-elitenya hanya untuk mencari jabatan kursi saja dan ambisi pribadinya," kata Ketua Dewan Presidium Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) Willy Prakarsa, Selasa 1 Desember 2015.
Meski demikian, dia mempersilakan buruh melakukan aksi unjuk rasa. Namun, dia mengingatkan agar para buruh tidak mengganggu hak asasi orang lain.
"Tapi lebih baik lagi tidak perlu ada demo turun kejalan dengan membawa ribuan buruh. Karena akan membuat kemacetan dimana-mana, khususnya Jakarta. Itu bikin jengkel semua pihak," kata dia.
Apabila buruh masih melakukan hal itu, Willy mengancam akan mencari pimpinan buruh tersebut. "Jika terjadi kemacetan di Jakarta dan sekitarnya, maka pimpinan buruh itu akan berhadapan dengan Jari 98 atau saya mencari pimpinan buruh itu," kata Willy.
Dia merasa kasihan dengan buruh yang gagal melakukan mogok kerja nasional pada tanggal 24-27 November 2015.
"Uang kutipan (kas) buruh ludes, tapi mogok nasional gagal total. Lantas bagaimana tanggung jawab presiden buruh terhadap nasib anggota buruh yang terhasut mogok nasional beberapa hari lalu," kata dia.
Hal seperti ini harus menjadi kajian bagi seluruh anggota buruh yang tergabung dalam berbagai organisasi buruh diseluru indonesia.
0 komentar:
Post a Comment